Home » , » Penyerbuan Dramatis di Lapas Cebongan

Penyerbuan Dramatis di Lapas Cebongan

Illustrasi
Peristiwa lapas cebongan sleman dengan terbunuhnya 4 tersangka pembunuhan Serka Santoso anggota Den inteldam IV/Diponegoro saat bertugas di Hugos Cafe menimbulkan tanda tanya besar serta tidak sedikit masyarakat berasumsi bahwa pelakunya adalah prajurit TNI asal Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan yang tidak terima apabila kawannya yg pernah satu kesatuan di kopassus terbunuh oleh sekelompok preman.

Seperti informasi yang berhasil didapatkan dari lapangan bahwa ke empat tersangka pembunuhan tersebut bernama Angel Sahetapi alias Deki (31), Adrianus Candra Galaga alias Dedi (33), Gameliel Yermiayanto Rohi alias Adi (29), dan Yohanes Yuan (38) saat kejadian tengah tertidur didalam sel tahanannya. Kemudian datanglah kurang lebih 17 orang bersenjata sejenis AK yang kemudian langsung melakukan penembakan terhadap ke empatnya hingga tewas seketika.

Sebelumnya 17 orang tak dikenal tersebut masuk melalui gerbang utama dengan membawa surat peminjaman tahanan berkop surat Polda DIY. Karena sipir yang kebetulan jaga pada waktu itu tidak langsung percaya maka salah satu diantaranya mengancam akan melempar granat kedalam lapas. Dengan begitu sipir pun membukakan pintu gerbang utama yang kemudian di susul dengan masuknya ke 17 orang tersebut dan langsung membagi tugas untuk melumpuhkan aktifitas lapas.

Hanya dengan waktu kurang dari 15 menit, seluruh lapas berhasil di lumpuhkan dengan 4 tahanan berhasil di tembak mati. Selain itu 17 orang penyerbu juga melumpuhkan CCTV dan membawanya pergi untuk menghilangkan seluruh bukti yang ada.

Muncul dugaan pelaku yang melakukan penyerbuan tersebut adalah oknum Kopassus rekan dari Serka Santoso yang tewas terbunuh oleh 4 preman saat bertugas di Hugos Café guna mencari informasi terkait kondisi wilayah di daerahnya. Namun hal tersebut di bantah oleh Pangdam IV/Diponegoro Mayjen Hardiyono Saroso yang mengatakan pada saat kejadian seluruh personel Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan sedang dalam kondisi siaga dan tidak ada satupun personelnya yang keluyuran malam.

Kelompok Penyerbu Bukan dari Grup II Kopassus
Ada yg perlu dicermati pada malam peristiwa penyerbuan tersebut, yaitu pada salah satu korban penyerbuan di lapas cebongan adalah seorang preman kelas kakap sekaliber Jhon Key dan tergolong sebagai preman kambuhan, kemudian ada juga pecatan anggota Polri yang pernah tersandung kasus Narkoba, sehingga diyakini mereka memiliki musuh yang tidak sedikit serta sarat dengan kepentingan dan beraroma “bisnis”.

Aksi pembunuhan terhadap ke empatnya dilakukan dengan sangat cepat setelah berhasil melumpuhkan para penjaga lapas, melucuti seluruh alat pengamanan dan pengawasan serta menggunakan senjata sekelas AK dimana banyak yang memiliki senjata tersebut diluar daripada standarisasi TNI. Selain itu hasil uji balistik dari Puslabfor Polri juga mengungkapkan bahwa proyektil yang berhasil di teliti berkaliber 7,62mm dan bukan 5,56mm seperti indeksnya militer (TNI).

Beberapa saksi mata yang melihat langsung kejadian tersebut juga tidak bisa memberikan keterangan valid terkait ciri – ciri penyerbu sehingga petugas kepolisian bisa di pastikan akan mengalami kesulitan dalam melakukan identifikasi.

Sempat beredar kabar bahwa malam sebelum kejadian diketahui 3 – 4 truk TNI masuk Jogja dan berhenti di depan lapas, akan tetapi hal tersebut dirasa masih janggal dan tidak dapat di buktikan kebenarannya secara logika mengingat 1 truk mampu mengangkut kurang lebih 30 orang  sedangkan yang menyerbu masuk hanya sekitar 17 orang.

Respon Positif Dari Penyerbuan Lapas Cebongan
Mungkin baru kali ini ada sebuah aksi pembunuhan yang mendapatkan respon positif dari berbagai kalangan masyarakat khususnya warga Jogja sendiri. Dengan terbunuhnya ke empat preman tersangka pembunuhan Serka Santoso, masyarakat banyak yang mengakui bahwa Jogja kini semakin aman dan terbebas dari preman. Pasalnya aksi penyerbuan tersebut membuat para preman yang sering membuat warga resah mengalami shock theraphy dan diyakini tidak sedikit yang keluar meninggalkan Jogja untuk mencari tempat aman.

Kesimpulan
Dari beberapa keterangan yang berhasil di uraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa malam penyerbuan tersebut dilakukan oleh orang – orang yang terlatih. Hal itu bisa di lihat dari kecepatan mereka dalam melumpuhkan sebuah lapas dan membunuh targetnya hanya kurang dari 15 menit. Namun kata terlatih bukan berarti yang melakukan adalah militer anggota dari Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan Solo seperti yang di duga selama ini, melainkan bisa siapa saja yang memiliki kemampuan di atas rata – rata orang biasa seperti teroris ataupun PMC (Private Millitary Company) sewaan kelompok tertentu untuk menutup akses informasi yang di bawa oleh salah satu korban penyerbuan tersebut.

Tidak adanya indikasi keterlibatan Grup 2 Kopassus dalam penyerbuan tersebut juga dapat di pastikan dari proyektil 7,62mm yang bukan merupakan senjata standart TNI khususnya Grup 2 Kopassus yang mana saat ini sudah menggunakan kaliber 5,56mm.

Kemudian dengan minimnya data dan keterangan yang diperoleh oleh Polri sudah barang tentu akan menyulitkan pihak Polri dalam mengungkap kasus penyerbuan lapas cebongan tersebut sehingga bisa di pastikan dalam beberapa waktu kedepannya penyidikan tersebut akan lenyap tak berbekas alias case closed.

Thanks for reading & sharing NIRMILITER

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar

Pencarian

Popular Posts