Umum
Partai Komunis Indonesia
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai yang pernah ada di Indonesia dan berhaluan komunis. Didirikan pada tahun 1914 oleh tokoh sosialis Belanda bernama Henk Sneevliet dengan nama awal partainya yaitu Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang artinya Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda. Lambat laun seiring dengan semakin bertambahnya pengikut ISDV lama – lama partai ini menjadi gerakan yang bersifat radikal sehingga kerap melakukan tindakan yang bersifat melawan pemerintahannya sendiri (Belanda). Pada tahun 1924 Hank Sneevliet kemudian merubah nama ISDV menjadi Partai Komunis di Indonesia (PKI).
Letjen Soeharto |
Tak terasa sudah 47 tahun bangsa ini mengenang tragedi kemanusiaan
yang memakan korban jutaan jiwa manusia dimana peristiwa tersebut di awali dari
terbunuhnya para jenderal TNI AD pada tanggal 30 September (G30S) 1965 yang kemudian
di ikuti dengan pembunuhan massal di
berbagai daerah sebagai proses mengambil alih kekuasaan yang dilakukan oleh
Partai Komunis Indonesia (PKI). Suatu pengkhianatan yang amat sangat menyakitkan
bagi bangsa Indonesia pada waktu itu dimana rakyat Indonesia tidak sedikit yang
menjadi korban keganasan PKI dan simpatisannya. Peristiwa dimana para jenderal
TNI AD terbunuh oleh kelompok petualang kotra revolusi kemudian dikenal dengan
nama G30S/PKI.
Namun sejak reformasi 1998 dimana para Tapol/Napol (eks-PKI) terbebas
dari pulau Buru peristiwa kelam terkait G30S/PKI terlihat semakin kabur dan
tidak jelas. Hal ini di karenakan adanya upaya "cuci otak" dengan dalih pelurusan sejarah” (tepatnya
: cuci tangan) yang di lakukan oleh mantan Tapol/Napol melalui berbagai
cara seperti lewat media cetak, televisi, bedah buku, seminar sampai dengan indoktrinisasi. Dengan begitu tidak
jarang kita sering di buat bingung ketika mencari sebuah fakta sejarah tentang peristiwa 65.
Saat penulis sedang mencari dan mengumpulkan bahan - bahan referensi tentang peristiwa 65, penulis sendiri juga kerap terjebak dan terbawa arus buku rekayasa sejarah G30S versi mereka dimana pada intisari G30S/PKI adalah kudeta yang di lakukan oleh Soeharto untuk menggulingkan Soekarno serta di anggap sebagai konflik internal AD.
Saat penulis sedang mencari dan mengumpulkan bahan - bahan referensi tentang peristiwa 65, penulis sendiri juga kerap terjebak dan terbawa arus buku rekayasa sejarah G30S versi mereka dimana pada intisari G30S/PKI adalah kudeta yang di lakukan oleh Soeharto untuk menggulingkan Soekarno serta di anggap sebagai konflik internal AD.
Setiap isi bukunya diusahakan sedetil mungkin layaknya buku cerita
(novel) yang penuh dengan sisi drama dan intrik. Tapi dari semua cerita
yang dikemukakan tidak ada satupun yang bersifat otentik dan dapat
melepaskan mereka dari keterlibatan G30S/PKI. Sebaliknya, tentang keterlibatan Soeharto pada masa itu hingga saat
ini belum bisa di buktikan secara data dan fakta, cerita yang diungkapkanpun juga cenderung berlebihan dan dikait - kaitkan, seperti jabatan Pangkostrad yang dimiliki oleh Mayjen
Soeharto pada waktu itu dimana mereka selalu mengkisahkan Pangkostrad Mayjen Soeharto memiliki pasukan terbesar di angkatan darat (AD) sehingga
dengan jabatan seperti itu Mayjen Soeharto di tuduh memiliki "power" untuk menggerakkan semua prajurit
AD guna melakukan kudeta terhadap Soekarno. Pada kenyataannya jabatan
Pangkostrad pada saat itu tidak memiliki pasukan seperti yang di tuduhkan oleh
eks-PKI (Tapol/Napol). Meskipun Mayjen Soeharto telah berhasil mengkondisikan AD dan segera menguasai keadaan itu tak lain karena kecekatannya dalam membaca situasi, disamping itu pengalamannya sebagai Panglima Mandala saat Trikora juga telah membuat dirinya yakin dengan kemampuannya sendiri untuk kembali menghimpun pasukan yang telah terpecah - pecah. Ketika PKI melakukan usaha kudeta dengan membunuh sejumlah pimpinan AD, tidak sedikit pasukan TNI yang bertingkah seperti ayam kehilangan induknya, dan agar tidak semakin liar maka dengan segala kepercayaan dirinya Mayjen Soeharto mengambil alih pimpinan AD. Karena didalam lingkungan TNI terdapat suatu sistem yang mengikat (rantai komando) yang wajib ditaati prajurit, usaha Mayjen Soeharto untuk menyatukan seluruh pasukan AD yang terpecah dapat dilakukan dengan cepat kecuali bagi pasukan yang membangkang (insubordinasi) maka Mayjen Soeharto menjadikan mereka sebagai musuh.
Dalam G30S/PKI keterlibatan kelompok PKI sangat terlihat jelas
bahkan bukti – bukti otentik yang dapat menunjukkan keterlibatan mereka sangat
banyak dan tak terbantahkan. Sebaliknya keterlibatan Soeharto kala itu hingga
saat ini masih belum bisa dibuktikan dan apa yang sedang di usahakan oleh para
eks-PKI untuk menggiring Soeharto sebagai dalang/pelaku dibalik G30S/PKI dirasa
sulit karena seluruhnya bersifat analogi, persepsi dan hanya analisa seseorang semata
yang tentunya secara hukum sulit untuk di buktikan.
Partai Komunis Indonesia
Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah salah satu partai yang pernah ada di Indonesia dan berhaluan komunis. Didirikan pada tahun 1914 oleh tokoh sosialis Belanda bernama Henk Sneevliet dengan nama awal partainya yaitu Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang artinya Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda. Lambat laun seiring dengan semakin bertambahnya pengikut ISDV lama – lama partai ini menjadi gerakan yang bersifat radikal sehingga kerap melakukan tindakan yang bersifat melawan pemerintahannya sendiri (Belanda). Pada tahun 1924 Hank Sneevliet kemudian merubah nama ISDV menjadi Partai Komunis di Indonesia (PKI).
Tahun 1926, PKI yang sudah merasa memiliki performance dan
didukung massa yang powerfull semakin berani melakukan
tindakan – tindakan fisik hingga berujung pada pemberontakan melawan
pemerintahan sah Belanda. Akan tetapi Belanda masih cukuplah kuat dan berhasil
menghancurkan sel – sel pemberontakan yang di lakukan oleh PKI dan menjadikan
PKI sebagai partai terlarang. Apa yang dilakukan oleh pemerintahan Belanda pada
waktu itu semata – mata tidak ingin keselamatan Negara dan masyarakatnya
terancam akibat kelihaian PKI yang selalu berupaya merongrong dan menciptakan
permusuhan di antara mereka. Meski demikian, dilarangnya keberadaan PKI oleh
pemerintahan Belanda tidak pernah menyurutkan PKI untuk terus melakukan
konsolidasi melalui gerakan bawah tanah (diam – diam) sampai akhirnya PKI
kembali kuat secara kuantitas.
Pengkhianatan PKI di
Madiun 1948
Iring - iringan tank Sherman Belanda |
Selama di Madiun PKI melakukan pembantaian besar - besaran
terhadap orang yang di anggapnya berseberangan. Selain itu berbagai macam aksi
sabotase, terror serta mengadu domba kekuatan bersenjata kerap di lakukan PKI.
Tentu ini adalah suatu situasi yang sulit bagi perjuangan bangsa Indonesia
dimana TNI bersama seluruh laskar pejuang Indonesia sedang memusatkan
perhatiannya untuk menghadapi Belanda. ”Pilih Sukarno – Hatta atau Muso dengan
PKI-nya” suara Sukarno di perdengarkan lewat radio untuk seluruh rakyat
Indonesia yang terhasut dengan Ideologi PKI. Sukarno tidak menyangka PKI telah
melakukan pengkhianatan besar terhadap bangsanya sendiri.
PKI dalam aksinya tidak pandang bulu, banyak para tokoh
masyarakat, pejabat daerah, perwira TNI, pimpinan partai, alim ulama dan rakyat
yang di anggapnya sebagai musuh telah di bunuhnya. Melihat kekejaman PKI yang
tidak mengenal peri kemanusiaan serta membahayakan perjuangan bangsa Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaan yang ada maka Panglima Besar Soedirman segera
mengambil keputusan cepat yaitu memerintahkan Kolonel Gatot Soebroto di Jawa
Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk melakukan penumpasan terhadap
kekuatan PKI beserta simpatisannya yang semakin membahayakan.
Saat melakukan razia dan penggeledahan di rumah salah satu tokoh
PKI Amir Syarifudin pada tanggal 21 September 1948 TNI berhasil mengamankan
sebuah dokumen penting dari kamarnya yang berisi :
“Pasukan yang ada di
bawah atau yang pro PKI di tarik dari medan pertempuran (garis demarkasi) dan
ditempatkan di daerah – daerah yang dianggap PKI strategis. Daerah Madiun akan
dijadikan daerah gerilya untuk melanjutkan perjuangan “oplang termijn” dan
daerah Solo dijadikan “wild west” agar perhatian umum selalu tertuju kesana.selain
itu disamping tentara “resmi” akan didirikan juga tentara illegal juga
pemogokan – pemogokan umum dan tindakan – tindakan kekerasan”
Pada tanggal 30 September 1948, TNI di bantu Polisi dan Rakyat
berhasil menguasai kembali kota Madiun dari tangan PKI dan menembak mati Moeso,
sedangkan Amir Syarifudin dan tokoh – tokoh lainnya yang juga terlibat di dalam
pemberontakan tersebut berhasil di tangkap untuk di jatuhi hukuman mati.
Terjadinya G30S/PKI
Demonstrasi rakyat Indonesia menuntut PKI di bubarkan |
Memasuki tahun 1965 dimana kedekatan Soekarno dengan PKI membuat
PKI semakin percaya diri untuk melakukan aktifitas propagandanya termasuk
menantang secara terang - terangan TNI meski hanya sekedar show of force saat
rombongan massa PKI melintasi kesatuan – kesatuan TNI.
Puncak dari petualangan PKI adalah penculikan dan pembunuhan
pimpinan TNI AD melalui Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). PKI menculik para
pimpinan AD dengan mengatasnamakan Presiden Soekarno dan menuduhnya sebagai
Dewan Jenderal yang hendak melakukan Kudeta. Kejadian tersebut terjadi saat
Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia yang hendak membentuk Negara
Federasi Malaysia. Belakangan diketahui, ide konfrontasi Indonesia – Malaysia
adalah gagasan dari pihak PKI demi ambisi besarnya dengan memanfaatkan kemarahan Soekarno yang terlanjur
marah akibat tindakan Perdana menteri Malaysia yang di paksa oleh pemuda
Malaysia untuk merobek foto Sukarno dan menginjak lambang burung Garuda. AD
yang saat itu tidak mendukung konfrontasi sepenuhnya melawan Malaysia yang di
dukung oleh Inggris dan Australia karena khawatir akan berakibat fatal bagi
bangsa Indonesia yang saat itu masih mengalami inflasi serta
kerusakan ekonomi yang parah, sehingga AD hanya mengerahkan setengah dari
kekuatannya. Apalagi didalam tubuh AD sendiri juga terindikasi kuat adanya
prajurit yang sudah terpengaruh hasutan PKI dibawah pimpinan Letkol Untung.
Saat militer Indonesia redang berkonfrontasi dengan Malaysia, PKI kembali lagi melakukan
pengkhianatan seperti di tahun 1946 saat Indonesia sedang melawan Belanda. PKI
dengan segala fitnahnya menuduh jenderal TNI AD berencana melakukan kudeta serta
menculiknya untuk dibunuh. G30S yang di prakarsai PKI di Jakarta kemudian di
ikuti oleh perwakilan – perwakilan (Biro) PKI di daerah beserta simpatisannya
dengan membunuh penduduk yang tidak sepaham dengan pemikiran mereka.
Mayjen Soeharto yang pada waktu itu menjabat sebagai Pangkostrad mendengar
hal tersebut kemudian mengambil tindakan cepat guna mencegah semakin luasnya
pengaruh PKI yang telah banyak menimbulkan korban. Dengan dibantu oleh kekuatan
rakyat yang terdiri dari elemen mahasiswa, ormas, banser dan lain sebagainya Pangkostrad
melakukan sapu bersih terhadap PKI dan simpatisannya. Mereka yang tidak
terima keluarganya menjadi korban pembunuhan sadis yang di lakukan oleh PKI kemudian
ikut memanfaatkan moment tersebut untuk balik membunuh para pengikut PKI
sebagai aksi balas dendam. Tanggal 12 Maret 1966 atas desakan seluruh elemen
masyarakat dan mahasiswa dengan disertai adanya TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat)
yang isinya 1. Bubarkan PKI, 2. Bersihkan kabinet Dwikora dari unsur – unsur 30
September, 3. Turunkan harga, memaksa pemerintah membubarkan PKI dan melarang
segala aktifitasnya lewat penerbitan TAP
MPRS RI No.XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI.
Munculnya KGB dan Simpatisannya di Era Reformasi
Reformasi tahun 1998 |
Kehadiran orang – orang yang ingin menghidupkan kembali paham komunis
di era sekarang ini juga tidak jauh dari pengaruh serta usaha mereka yang kerap
di ketahui melakukan aksi penggalangan baik dari golongan akademisi, buruh,
tani, kelompok frustasi dan masyarakat kelas bawah. Cara merekapun juga sudah
berevolusi menyesuaikan situasi dan kondisi saat ini dan organisasinya tanpa
bentuk sehingga mereka di sebut sebagai Komunis Gaya Baru (KGB). Isu yang kerap
di usungnya yaitu Demokrasi, HAM, Supremasi Sipil, Otonomi Daerah, Pilkada,
PHK, Pertanahan dan lain sebagainya.
Indijasi terlibatnya KGB ini saat reformasi 1998 dapat dilihat
dari adanya tuntutan untuk mencabut TAP MPRS No XXV/1966 Tentang Larangan
Partai Komunis Indonesia, adanya tuntutan hak politik bagi Tapol dan Napol dan
adanya orasi untuk menghapus Komando Teritorial (Koter). Kemudian pada tahun
2004 muncul sebuah buku berjudul “Aku Bangga Jadi Anak PKI” karya Tjiptaning
y`ng berprofesi sebagai Dokter yang akhirnya buku tersebut di musnahkan oleh
Kejaksaan Agung lewat instruksinya No INS-003/A/JA/03/2007.
Baru ini, sebuah media nasional bernama Sindo News pada tanggal 15
Desember 2012 memuat berita tentang
ungkapan Pangdam IV/Diponegoro
Mayjen TNI Hardiono Saroso
yang diberi judul “PKI Kembali Muncul di Jateng dan DIY” dimana isi daripada
berita tersebut adalah tentang aktiftas KGB yang saat ini sudah berani
melakukan kegiatan secara terang – terangan dengan dalih “meluruskan” sejarah.
Kontroversi
Seperti yang kita ketahui bahwasannya saat ini peristiwa
G30S/PKI yang terjadi pada tahun 1965 telah di jadikan kontroversi oleh
sebagian pihak khususnya oleh eks-PKI. Berikut perihal yang di kontroversikan :
1. Peristiwa G30S/PKI
didalangi oleh Soeharto untuk naik ke tampuk kekuasaan bekerja sama dengan CIA
(Central Inteligent America) untuk membendung pengaruh komunis yang konon
mengkhawatirkan Amerika. Bukti tersebut ada dari ditemukannya dokumen Gilchrist
yang mengatakan “Army our local friend”
2. PKI menyatakan tidak
terlibat dalam G30S/PKI tapi menjadi korban “pembersihan” yang di lakukan oleh
Soeharto bersama militernya di bantu masyarakat.
3. Soeharto merestui
tindakan PKI dengan tidak melakukan pencegahan setelah beberapa jam di beritahu
oleh Kolonel Latief di Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta terkait akan
diadakannya penculikan dan pembunuhan terhadap para jenderal AD.
Sanggahan :
1. Sejak adanya pengakuan Ladislav Bittmann seorang agen dinas rahasia Cekoslovakia yang
mendapat permintaan dari KGB dinas rahasia Uni Soviet untuk melakukan
disinformasi (penyesatan informasi) agar Angkatan Darat mendapatkan
tuduhan tengah bersekongkol dengan pihak amerika baik dari masyarakat
maupun Sukarno.adanya pengakuan tersebut telah mematahkan tuduhan
keterlibatan Angkatan Darat dengan Amerika dalam peristiwa G30S.
Sebaliknya dalam tulisan Masrshall Green Mantan Duta Besar AS untuk
Indonesia dalam bukunya yang berjudul “Dari
Soekarno ke Soeharto” menggambarkan kebingungan AS saat terjadi Kup di
Indonesia di mana peristiwa tersebut di luar kemampuan AS sehingga hanya
mengambil sikap netral dan tidak ingin ikut campur demi perjuangan bangsa
Indonesia sendiri. Selain itu pihak AS hanya mengumpulkan fakta – fakta dari
peristiwa G30S.
“… kejadian tanggal 1 Oktober 1965 merupakan sesuatu
yang sangat mengejutkan bagi kami. Sungguh kejadian itu mengagetkan setiap
orang yang tidak mengetahui rencana yang hendak dilakukan mereka (PKI).”
“Kedutaan Besar dan Washington sepakat sepenuhnya
bahwa Amerika Serikat jangan terlibat dalam peristiwa ini. Kejadian – kejadian di
Indonesia jauh di seberang jangkauan kemampuan kami untuk mengawasinya…”
2. Apabila PKI menyatakan tidak
terlibat dalam peristiwa G30S/PKI tentunya harus didasari bukti – bukti ketidak
terlibatannya, sebaliknya dalam peristiwa tersebut banyak di jumpai bukti kuat
bahwa PKI terlibat di baliknya dan sebagai dalang pembunuhan Jenderal TNI AD.
Hal ini dapat di buktikan dari Pengakuan DN Aidit Ketua CC PKI dalam
verbalnya paska tertangkap oleh satuan Brigade IV Kodam VII/Diponegoro pimpinan
Kolonel Yasir Hadibroto di wilayah jawa tengah.
"Saya adalah satu-satunya yang memikul tanggung jawab paling besar dalam peristiwa G30S yang gagal dan yang didukung oleh anggota – anggota PKI yang lain, dan organisasi – organisasi massa di bawah PKI. Sebagai di ketahui saya mengerjakan rencana untuk menghimpun kekuatan komunis di jawa tengah…”
Selain
itu adanya penuturan Kolonel Latief terkait pembunuhan para jenderal AD mengatakan bahwa Syam Kamaruzaman yang saat itu menjabat sebagai Ketua Biro Khusus PKI telah menginstruksikan untuk melakukan pembunuhan tersebut :
“sebenarnya dalam perundingan tidak ada rencana untuk
membunuh para jenderal. Tapi dalam pelaksanaan lain jadinya. Mula – mula kita
sepakati para jenderal itu untuk di hadapkan kepada Presiden/Pangti bung karno
di istana. Pelaksanaannya oleh resimen “cakrabirawa” yang di komandoi oleh
letkol. Untung, komando pelaksanaan oleh letda arif. Saya dan brigjen. Suparjo kaget
“kenapa sampai mati?” Tanya pak pardjo. Letda arif menjawab bahwa syam
menginstruksikan bila mengalami kesulitan menghadapi para “jenderal” diambil
hidup atau mati. Mereka melaksanakan perintah syam karena mereka tahu bahwa
syam duduk dalam pemimpin intel “cakrabirawa”
Kemudian dari percakapan antara
Syam Kamaruzaman dengan John Lumeng Kewas Mantan Ketua GMNI yang sama – sama
menjadi tahanan ORBA dan satu lokasi dengan Syam dapat di ketahui keterlibatan
PKI dalam G30S. Percakapan tersebut pernah di muat di majalah Detak edisi
khusus 29 september 1998.
“ketika berada di luar
sel, saya bertemu dengan syam. Dalam kesempatan itu saya menanyakan mengapa PKI
melakukan pemberontakan pada 30 september 1965. Dengan hati – hati dia
mengatakan, “bung john perlu tahu, bahwa memang PKI berniat meng-kup bung karno”,
saya Tanya apa alasannya, dia menjawab “bung karno memimpin revolusi itu secara
plin plan”. Dalam pembicaraan yang singkat itu, syam tidak menyebut
keterlibatan soeharto. Saya tidak mau terlibat lebih jauh. Terus terang saja
situasi waktu itu tidak memungkinkan”
3.
Mengenai
pertemuan Kolonel Latief dan Soeharto di Rumah Sakit Gatot Subroto Jakarta, secara logika tentu
hal yang sangat tidak masuk akal dan bisa di katakan sebagai tindakan bodoh serta
sembrono apabila sebuah operasi yang memiliki tingkat kerahasiaan sangat tinggi
di bocorkan begitu saja oleh Kolonel Latief kepada Soeharto yang pada waktu itu
masih berpangkat Letjen. Bagi soeharto waktu beberapa jam sebelum pelaksanaan
G30S masih terbilang cukup untuk melakukan antisipasi dan tindakan pencegahan. Selain
itu pertemuan antara keduanya juga tidak ada saksi mata sehingga tidak dapat di
buktikan kebenarannya baik itu dari pihak Kolonel Latief maupun Soeharto.
Jadi jelaslah sudah
bahwa dari beberapa keterangan - keterangan di atas dapat di ambil kesimpulan
bahwa PKI berada di balik peristiwa G30S/PKI. Terkait keterlibatan Soeharto
juga tidak ada bukti – bukt yang kuat sehingga di ragukan. Selain itu tidak ada
keterlibatan AS dalam peristiwa G30S/PKI karena saat kejadian pihak kedutaan AS
untuk Indonesia tidak menyangka dengan peristiwa tersebut.
Eks-PKI Menuntut Permintaan Maaf Pemerintah
Orasi masyarakat menolak Komunis |
Mengenai adanya pihak yang merasa di“komunis”kan saat terjadi pembersihan pada masa itu serta tidak adanya pengadilan yang menjatuhkan vonis bisa dikatakan hal tersebut adalah dampak luas dari sebuah aksi massa yang terefleksi akibat adanya sakit hati yang terakumulasi dimana dulunya mereka juga telah di perlakukan sama yaitu dimana sebagian anggota keluarganya menjadi korban eksekusi tanpa ada pengadilan oleh PKI.
Kesimpulan
1. Melihat bagaimana sepak terjang
para petualang komunisme yang berdiri dan masuk Indonesia sejak tahun 1914
sampai dengan 1965 sudah cukup memberikan kita gambaran dan bukti bahwasannya
keberadaan ideologi komunis adalah ancaman bagi persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Dimana dalam implementasinya kerap di warnai suatu unsur pemaksaan yang tak jarang
sering menimbulkan gesekan sosial dalam penegakannya dan mengarah pada
perpecahan.
Di Cina sendiri dan Rusia, ideologi komunis sudah masuk kategori tidak laku sehingga mereka perlu mencari pengganti alternatifnya yang dapat memberikan dampak yang lebih baik bagi kepentingan besar mereka khususnya bagi ketahanan ekonomi negaranya. Cina misalnya, keberhasilan ekonominya yang begitu membumbung tinggi hingga mampu menjadi Negara yang memiliki ekonomi terbesar kedua di dunia dikarenakan Cina sudah mulai beralih ke system kapitalis.
2. Meski PKI telah di bubarkan dan partainya telah terlarang hidup di negeri ini akan tetapi ideologinya (komunis) tidak akan pernah mati sehingga bangsa Indonesia harus tetap waspada dan tidak boleh lengah. Sebagai bukti kekekalannya adalah saat ini masih ditemui adanya kelompok yang berusaha menghidupkan kembali ideologi komunis meski penciptanya seperti Karl Marx, Lenin dan Mao tse tung telah lama mati
3. Adanya tuntutan permintaan maaf pemerintah dari kelompok yang mengaku sebagai korban 65 tentulah sangat tidak masuk akal dimana nantinya paska permintaan maaf pemerintah akan diwajibkan memberi uang ganti rugi sebesar 1 milyar per kepala keluarga (KK). Lantas bagaimana dengan nasib mereka (korban PKI) yang pernah menjadi korban pembunuhan PKI di masa lalu ? Selain itu yang meletuskan tragedi 65 adalah mereka (PKI) sendiri bukan pemerintah.
4. Pemerintah atas nama kemanusiaan tidak seharusnya mencabut TAP MPRS No. XXV/1966 Tentang Partai Komunis Indonesia yang akan memberikan ruang bagi paham komunis untuk bangkit dan menyebarnya kembali ajaran Karl Marxis, Lenin dan Mao yang berpotensi menciptakan suatu konflik horisontal di tengah masyarakat seperti yang sudah pernah terjadi pada tahun 1924, 1948 dan 1965.
5. Secara umum bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak sekali perbedaan, dilain sisi itu bisa di katakan suatu kelebihan dan kekayaan bangsa namun disisi lain perbedaan tersebut dapat berubah menjadi buah permasalahan apabila tidak mampu di kelola dengan baik. Ideologi Pancasila sudah terbukti ampuh menyatukan semua perbedaan tersebut, dari sejak pertama kali di lahirkannya pada tanggal 1 Juni 1945 sampai dengan saat ini beberapa point yang terkandung didalam Pancasila telah berkali – kali berhasil menyatukan pihak yang bertikai sehingga Pancasila dapat di terima oleh masyarakat luas. Berbeda dengan Komunis yang sejak awal masuknya di Indonesia sudah di warnai dengan kekerasan serta pemaksaan sehingga hal ini sangat kontras sekali dan tentu saling bertentangan.
6. Kita sebagai bangsa yang besar dan bersatu, harus bisa semaksimal mungkin menjauhi yang namanya perpecahan, perselisihan dan pertikaian yang dapat mengarah pada disintegrasi. Jangan sampai hanya demi ego kita harus mengorbankan kemerdekaan yang sudah kita raih dengan susah payah hingga akhirnya hancur berantakan.
Front Anti Komunis (FAK) melarang pemerintah mencabut TAP MPRS No. XXV/1966 |
Di Cina sendiri dan Rusia, ideologi komunis sudah masuk kategori tidak laku sehingga mereka perlu mencari pengganti alternatifnya yang dapat memberikan dampak yang lebih baik bagi kepentingan besar mereka khususnya bagi ketahanan ekonomi negaranya. Cina misalnya, keberhasilan ekonominya yang begitu membumbung tinggi hingga mampu menjadi Negara yang memiliki ekonomi terbesar kedua di dunia dikarenakan Cina sudah mulai beralih ke system kapitalis.
2. Meski PKI telah di bubarkan dan partainya telah terlarang hidup di negeri ini akan tetapi ideologinya (komunis) tidak akan pernah mati sehingga bangsa Indonesia harus tetap waspada dan tidak boleh lengah. Sebagai bukti kekekalannya adalah saat ini masih ditemui adanya kelompok yang berusaha menghidupkan kembali ideologi komunis meski penciptanya seperti Karl Marx, Lenin dan Mao tse tung telah lama mati
3. Adanya tuntutan permintaan maaf pemerintah dari kelompok yang mengaku sebagai korban 65 tentulah sangat tidak masuk akal dimana nantinya paska permintaan maaf pemerintah akan diwajibkan memberi uang ganti rugi sebesar 1 milyar per kepala keluarga (KK). Lantas bagaimana dengan nasib mereka (korban PKI) yang pernah menjadi korban pembunuhan PKI di masa lalu ? Selain itu yang meletuskan tragedi 65 adalah mereka (PKI) sendiri bukan pemerintah.
4. Pemerintah atas nama kemanusiaan tidak seharusnya mencabut TAP MPRS No. XXV/1966 Tentang Partai Komunis Indonesia yang akan memberikan ruang bagi paham komunis untuk bangkit dan menyebarnya kembali ajaran Karl Marxis, Lenin dan Mao yang berpotensi menciptakan suatu konflik horisontal di tengah masyarakat seperti yang sudah pernah terjadi pada tahun 1924, 1948 dan 1965.
5. Secara umum bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki banyak sekali perbedaan, dilain sisi itu bisa di katakan suatu kelebihan dan kekayaan bangsa namun disisi lain perbedaan tersebut dapat berubah menjadi buah permasalahan apabila tidak mampu di kelola dengan baik. Ideologi Pancasila sudah terbukti ampuh menyatukan semua perbedaan tersebut, dari sejak pertama kali di lahirkannya pada tanggal 1 Juni 1945 sampai dengan saat ini beberapa point yang terkandung didalam Pancasila telah berkali – kali berhasil menyatukan pihak yang bertikai sehingga Pancasila dapat di terima oleh masyarakat luas. Berbeda dengan Komunis yang sejak awal masuknya di Indonesia sudah di warnai dengan kekerasan serta pemaksaan sehingga hal ini sangat kontras sekali dan tentu saling bertentangan.
6. Kita sebagai bangsa yang besar dan bersatu, harus bisa semaksimal mungkin menjauhi yang namanya perpecahan, perselisihan dan pertikaian yang dapat mengarah pada disintegrasi. Jangan sampai hanya demi ego kita harus mengorbankan kemerdekaan yang sudah kita raih dengan susah payah hingga akhirnya hancur berantakan.
Oleh : Y. Aris Setiawan
Sumber Reff:
1. Buku “Mewaspadai Pengkhianatan Partai
Komunis” karya Pusat Sejarah Angkatan Darat
2. Buku “Mengapa G30S/PKI Gagal?” karya
Mayjen (Purn) Samsudin
3. Buku “Kudeta 1 Oktober1965 : Sebuah
Studi Tentang Konspirasi” karya Victor M. Fic
4. Prolog G30S 1965: Asal-Usul Dokumen Gilchrist:
Permainan Intelijen Cekoslowakia Berdasarkan Pengakuan Ladislav Bittmann
5. http://www.anneahira.com/proses-peralihan-kekuasaan-politik-setelah-peristiwa-g30s-pki.htm
6. http://hsoedarsono.blogspot.com/2009_02_01_archive.html
7. http://widhisejarahblog.blogspot.com/2011_10_01_archive.html
8. http://m.sindonews.com/read/2012/12/15/22/697885/pki-mulai-muncul-di-jateng-diy
Thanks for reading & sharing NIRMILITER
pki mmng oyee...
BalasHapus